TUGAS INDIVIDU
Tentang
Perkembangan Intelektual Manusia
( Studi Kasus Perkembangan Intelektual pada Remaja)
Oleh :
NICO PERDANA DIASZ
NIM : 08101029
NIRM :
08103035201029
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
T.A 2011
Rasa puji syukur yang dalam
kehadirat Allah SWT, karena berkat kemudahan dan kemurahannya makalah tentang “Perkembangan Intelektual Manusia ( Studi
Kasus Perkembangan Intelektual pada Remaja)” ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang diharapkan.
Tulisan ini dibuat agar
dapat memberikan informasi kepada remaja – remaja untuk dapat mengembangkan dan
mempertajam intelektual diri dari segi manapun, tugas ini dibuat sekaligus
sebagai syarat dalam mengikuti perkuliahan Kepemimpinan pada Sekolah Tinggi
Ilmu sosial dan Ilmu politik.
Dalam proses pembuatan tugas
ini, tentunya saya mendapatkan arahan, bimbingan, saran dan koreksi. Untuk itu
rasa terima kasih yang sedalam – sedalamnya saya sampaikan kepada :
·
Ibu Riau Sujarwani, S.Sos. MM selaku dosen pengajar
·
Teman – teman yang telah banyak mendukung, memberi masukan dan
saran dalam proses pembuatan tugas ini.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI
................................................................................................... ii
BAB I I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A.
LATAR BELAKANG
........................................................................ 1
BAB II
............................................................................................................. 4
PEMBAHASAN
............................................................................................. 4
A.
Definisi Intelektual .............................................................................. 4
B. Hubungan Intelektual Terhadap Tingkah Laku Remaja.......................
8
C.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Intelektual Remaja ...............................................................................
9
D. Keterkaitan Intelektual dan
Kepemimpinan ........................................ 10
BAB
III
...........................................................................................................
11
PENUTUP
.......................................................................................................
11
Kesimpulan
......................................................................................................
11
BAB
IV ...........................................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................
12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan berarti
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. seperti yang dikatakan Van den den Daele (Hurlock :
2 ) bahwa perkembangan adalah perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa
perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan
seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Perkembangan juga diartikan sebagai ”peruibahan-perubahan yang dialami individu
atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)
yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”, perkembangan dapat
diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baik
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan
berkesinambungan”,(Syamsu Yusuf : 83 ). Dan semua para ahli sependapat
bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada
seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda
pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang
hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Hubungannya dengan
intelektual remaja bahwa inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,
melainkan suatui fiksi ilmiah untuk mendeskripsiskan prilaku induvidu yang
berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi
(kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantaranya
menurut C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
(Syamsu Yusuf : 106).
Selain mengalami
perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga mengalami
perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih abstrak, logis dan
idealis. Artinya remaja tidak akan percaya begitu saja terhadap apa yang
dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan alasan, remaja mulai berfikir
layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga mulai
berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris
(Santrock, 1995). Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan
memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dirinya sendiri, remaja mulai bersikap
kritis dan tidak mau menerima begitu saja perintah-perintah atau aturan-aturan
yang ada; mereka ingin juga mengetahui alasan dan sebab-sebabnya. Tidak jarang
dengan perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami
konflik atau pertentangan dengan pihak orang tua atau pendidik-pendidik yang
biasanya berpegang akan nilai-nilai lama (Mulyono, 1995). Piaget menyebutnya
dengan operasional formal. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal
berlangsung antara 11 – 15 (Santrock, 1995).
Istilah intellectual atau
intelektual muncul dari tulisan Clamenceau di salah satu harian Paris L’Aurore
pada 23 Januari 1898 untuk menggambarkan para tokoh Dreyfusards (julukan bagi
para pembela Kapten Dreyfus terhadap kesewenang-wenangan angkatan darat
Perancis). Oleh pemerintah Perancis, kelompok ini dianggap sebagai gerakan
pembangkang terhadap bangsa. Istilah intellectual ini kemudian mendapatkan
tempat lagi di dunia barat pada akhir abad ke-19 bagi sekelompok elit yang
mematuhi kaidah dan norma-norma tertentu sebagai panutan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sekelompok elit atau kaum intelektual ini, memiliki peran
sebagai agen pencerah yang memihak pada hati nurani dalam menyelesaikan
problema yang timbul di masyarakat. Edward
W.Said dalam The Representation of Intellectuals mengartikan intelektual sebagai individu yang dikaruniai
bakat untuk merepresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap dan
filosofi kepada publik. Ia mencontohkan Bertrand Russel, Jean Paul Sartre,
Albert Camus dan Noam Chomsky sebagai orang-orang yang pantas mendapatkan
predikat tersebut.
Noam Chomsky dalam The
Responsibility of Intellectuals (1996) mengatakan bahwa intelektual memiliki
posisi untuk `mengungkapkan kebohongan-kebohongan pemerintah, menganalisis
tindakan-tindakannya sesuai penyebab, motif-motif serta maksud-maksud yang
sering tersembunyi’. Nyaris senada dengan Chomsky, Jean Paul Sartre menyatakan
misi para intelektual adalah untuk menghalau kedunguan, prasangka serta emosi
yang keliru, menghindarkan `dogmatisme yang steril’ sehingga masyarakat
diantarkan untuk mengubah dirinya di dalam dan melalui sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Intelektual
Intelektual ialah orang yang menggunakan inteleknya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagak,
atau menyoal dan menjawab soalan tentang berbagai-bagai idea. Secara amnya, terdapat tiga takrif modern untuk
istilah "intelektual", yaitu:
1.
Mereka yang amat terlibat dalam idea-idea
dan buku-buku;
2.
Mereka yang mempunyai kepakaran
dalam budaya dan seni yang memberikan mereka kewibawaan kebudayaan,
dan yang kemudian mempergunakan kewibawaan itu untuk bertutur
tentang perkara-perkara lain di khalayak ramai. Golongan ini dipanggil sebagai
"intelektual kebudayaan".
3.
Dari segi Marxisme, mereka yang
tergolong dalam kelas pensyarah, guru, peguam, wartawan, dan sebagainya.
Menurut English &
English dalam bukunya " A Comprehensive Dictionary of Psichological and
Psychoalitical Terms" , istilah intellecct berarti antara lain :
1.
Kekuataan mental dimana manusia dapat berpikir ;
2.
Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (
misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami); dan
3.
kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir; (bandingkan dengan intelligence.
Intelligence =intellect). Bukamennurut kamus WebssterNew Worid Dictionary of
the American Language, istilah intellect berarti:
1.
Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk
mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda
dari kemauandan perasaan,
2.
Kecakapan mental yang besar,sangat intellegence, dan
3.
Pikiran atau inteligensi.
Jadi istilah inteligensi
menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) mermuskaan intelligensi
sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu
fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan
kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para
ahli mempunyai pengertian yang beragam.
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial (Standfort revision benet test).
Dengan menggunakan hasil
pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal
Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva
perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut
:
1.
Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung
sangat pesat,
2.
Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi
menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).
Ditinjau dari perkembangan kogninif menurut piaget, masa remaja
sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang
berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang
berbagai gagasan yang abstrak dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih
bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan
masalah dari pada berfikir kongkrit, Sementara proses pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaannya dari mulai usia 12 – 20 tahun. Pada usia 16 tahun berat otak
sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses infprmasi berkembang
secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran
syarat, lobe frontal, yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi,
yaitu merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal
ini terus berkembang terus sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe
frontal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan intelektual remaja, seperti
pada usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja itu termasuk anak
berbakat atau pintar. Namun belum bijaksana, maksudnya remaja tersebut mampu
memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua
usianya. Yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah
tersebut (Sigelman & Shaffer, 1995), pada periode kongkrit, anak mungkin
mengartikan sistem keadilan dikaitkan dengan polisi atau hakim, sedangkan
remaja mengartikannya sesuatu yang abstrak, yaitu sebagai suatu aspek kepedulian
pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat yang mempunyai interes remaja.
Adapun
pembahasan mengenai inteligensi itu secara teknis pada pokoknya dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu :
1.
Pembahasan mengenai sifat hakekat inteligensi, dan
2.
Pembahasan mengenai penyelidikan inteligensi itu.
Hal yang sama lebih bersifat teoritis-konsepsional, sedang hal
yang kedua lebih bersifat teknis metodologisnya. Dalam pada itu harus diingat
bahwa penggolongan seperti yang dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan
prinsip. Sebab kedua hal itu pada hakekatnya tidak dapat di
pisah-pisahkandengan tajam, Inti persoalan daripada sifat hakikat inteligensi
itu dirumuskan dengan pertanyaan : Apakah inteligensa itu ? Pertanyaan ini
justru dalam bentuknya yang demikian itu, menjadi obyek diskusi yang hangat
bagi banyak ahli-ahli psikologi, terutama disekitar tahun-tahun 1900-1925.
Persoalannya sendiri sudah tua sekali, lebih dari padaitu psikologi itu
sendiri, karena hal tersebut telah di bahas oleh ahli-ahli filsafat dan
kemudian ahli-ahli biologi sebelum psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri ahli. (J.S.Suriasumantri, 2004 : 122).
Menurut konsepsi inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karenna itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat di tempuh dengan cara mengukur daya-daya jiw khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berfikir dan sebagainya. (J.S.S : 2004 : 125),konsep-konsep yang timbul dari keyakinan, bahwa apa yang di selidiki (di test) dengan testinteligensi itu adalah inteligensi umum. Jadi inteligensi di beri defenisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-dayakhusus.
Menurut konsepsi inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karenna itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat di tempuh dengan cara mengukur daya-daya jiw khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berfikir dan sebagainya. (J.S.S : 2004 : 125),konsep-konsep yang timbul dari keyakinan, bahwa apa yang di selidiki (di test) dengan testinteligensi itu adalah inteligensi umum. Jadi inteligensi di beri defenisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-dayakhusus.
B.
Hubungan Intelektual Terhadap Tingkah Laku Remaja
Kemampuan berfikir abstrak menunjukka perhatian seseorang terhadap
kejadian dan peristiwa yang tidak kongkrit, misalnya ; pilihan pekerjaan, corak
hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh
didepannya. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan, dan corak tingkah
lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstrak akan berperan dalam
perkembanangan kepribadiannya, Kemampuan abstraksi mempermasalahkan kenyataan
dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam
pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akibatnya dapat
menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa, disamping itu organ sentris
masih terlihat dalam pikirannya.
1.
Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan
pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh, dan tanpa memperhitungkan
kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan
persoalan.
2.
Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai
pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian
orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri
sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme berkurang. Pada akhirnya pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berfikir abstrak dengan mengikut sertakan pandangan dan pendapat orang lain.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme berkurang. Pada akhirnya pengaruh egosentrisitas pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berfikir abstrak dengan mengikut sertakan pandangan dan pendapat orang lain.
C.
Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Intelektual Remaja
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi/kemampuan
berpikir remaja, ada yang berpandanganbahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa
ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Menurut Andi Mappiare (1982: 80) hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelek itu antara lain:
1.
Bertabahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga
ia mampu berpikr reflektif.
2.
Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang bisa berpikir proporsional.
3.
Adanya kebebasan berpikir,menimbulkan keberanian seseorang dalam
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara
keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalahdan menarik
kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi di atas sesuai
dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegendi, yakni:
1. Fungsi intelegensi termasuk
proses adaptasi yang bersifat biologis.
2.
Berkembangnya usia menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi
baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
D.
Keterkaitan Intelektual
dan Kepemimpinan
Intelektual
merupakan orang yang menggunakan inteleknya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagak,
atau menyoal dan menjawab soalan tentang berbagai-bagai idea, sedangkan kepemimpinan merupakan salah satu gaya
seorang pemimpin untuk memimpin seluruh bawahan dengan selalu mendorong bawahan
dengan semangat kerja yang tinggi demi keselesaian tugas dengan tepat waktu,
keterkaitan antara dua definisi ini sangat erat karena seorang pemimpin harus
mempunyai intelektual yang sangat tinggi untuk mencakup seluruh peran
dilingkungan perusahaan atau organisasi, dimana seorang pemimpin itu harus
mempunyai gagasan – gagasan untuk memotivasi bawahan dan memberikan semangat
kerja seluruh bawahan, agar tidak terlena dengan keleletan tugas yang
diberikan.
Kemudian, seorang pemimpin harus membaca situasi dan kondisi yang terjadi
dalam lingkungan pekerjaan, apakah bawahan mengalami kesulitan dalam pekerjaan
atau tidak, sehingga bawahan senang dalam bekerja dan selesai tepat waktu, seorang pemimpin juga mampu
mengendalikan dan mengarahkan emosi orang lain, dan mampu menginspirasi orang
lain,memengaruhi perasaan dan keyakinan orang lain, mengembangkan kapabilitas
orang lain, mengatasi konflik, membina hubungan, dan membentuk kerja sama yang
menguntungkan semua pihak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
seluruh penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa intelektual sangat
berpengaruh bagi kehidupan manusia, dimana seseorang harus mampu berfikir dalam
membuat dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat dengan
waktu yang telah diberikan, sehubungan dengan itu harus dapat memberi suatu
gagasan – gasasan atau ide demi kemajuan organisasinya maupun dirinya sendiri,
agar dapat bertahan dengan perkembangan bangsa diera sekarang ini. Terjadinya
perkembangan manusia bukan hanya perkembangan pada biologisnya semata akan
tetapi juga berkembang pada mental dan kepribadiannya. yang tercakup dalam
perkembangan individual remaja didik adalah kecerdasan, emosional dan
intelektualnya termasuk perkembangan bahasanya.
Tatkala kita membahas tentang perkembangan individu / peserta didik dalam proses pembelajaran maka akan kita dapatkan ranah-ranah atau domain-domain : Kognitif, Affektif dan Psikomotorik, sebagai alat untuk mengukur .
Tatkala kita membahas tentang perkembangan individu / peserta didik dalam proses pembelajaran maka akan kita dapatkan ranah-ranah atau domain-domain : Kognitif, Affektif dan Psikomotorik, sebagai alat untuk mengukur .
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Chusairi, S.PSI. 2002. Perkembangan Masa
Hidup Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dariyo,
Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak
Tiga Tahun Pertama. Bandung:Erlangga.
Faizal Yusup. 2004. Bicara tentang Mahathir, Pekan Ilmu Publications Sdn Bhd
Cahyani
Ani. 2006. Mubin, Psikologi perkembangan;
cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group).
John W. Santrock. 1995. Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika & Ach. Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Y.
Bambang Mulyono. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya, Yogyakarta:Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar